Pages

Kamis, 04 September 2014

PENGEMBANGAN PELET KAYU (WOOD PELLET) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN RENDAH EMISI DI INDONESIA

Latar Belakang Setiap aktivitas yang dilakukan masyarakat modern sangat bergantung pada ketersediaan energi. Kemajuan suatu negara akan sangat terkait dengan kecukupan ketersediaan dan ketahanan energi di negara tersebut. Pada negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, dan negara-negara Eropa lainnya, bahkan Korea, ketersediaan energi sangat memadai untuk melakukan kegiatan di berbagai bidang yang bisa diandalkan untuk pembangunan bangsa dan negaranya. Namun dalam pengadaan energi tentu saja harus memperhatikan faktor kelestarian lingkungan hidup. Merusak lingkungan hidup sama dengan menghilangkan kesempatan hidup bagi generasi berikutnya. Lingkungan hidup suatu negara akan sangat berkaitan dengan negara lain sehubungan isu perubahan iklim. Komitmen terhadap perubahan iklim telah menjadi topik utama dalam percaturan politik dunia. Momentum Protokol Tokyo telah menjadi pemicu pentingnya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk dilaksanakan negara-negara di dunia. Indonesia harus ikut berkomitmen terhadap perubahan iklim agar bisa tetap bergaul dengan negara-negara lain. Hal ini penting karena dalam kehidupan bernegara tidak akan lepas dari bantuan-bantuan luar negeri serta investasi yang masuk guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Untuk dapat mengundang investasi dari negara-negara lain, Indonesia harus dapat mengikuti isu-isu utama dalam percaturan politik dunia. Salah satu penyumbang terbesar kerusakan lingkungan hidup adalah polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, seperti batubara, bahan bakar minyak, dan gas alam secara besar-besaran. Dari pembakaran itu berakibat terjadinya emisi rumah kaca sebagai penyebab pemanasan global. Untuk mengurangi ketergantungan dari bahan bakar fosil tersebut, diperlukan pencarian dan pengembangan energi alternatif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Salah satu energi alternatif yang giat dikembangkan oleh negara-negara maju adalah sumber energi berbasis biomassa. Salah satu produk sumber energi biomassa yang dapat menggantikan bahan bakar padat seperti batu bara diantaranya adalah pelet kayu (wood pellet). Penelitian dan pemanfaatan pelet kayu yang belum berkembang di Indonesia diantaranya disebabkan oleh belum adanya desakan atas kebutuhan bahan bakar alternatif pengganti BBM dan gas akibat murahnya harga bahan bakar fosil. Selain itu belum ada pengembangan untuk menjadikan energi pelet kayu ini mudah digunakan oleh masyarakat secara luas. Untuk itu diperlukan langkah-langkah dalam mengadopsi dan mengadaptasi sumber energi pelet kayu dan perluasan penggunaannya di Indonesia sebagai sumber energi rendah emisi. Ketahanan Energi Indonesia Untuk dapat memahami pentingnya ketahanan energi dalam pembangunan, terlebih dahulu perlu dimengerti apa yang membentuk ketahanan energi. Ketahanan energi berhubungan dengan mengamankan energi masa depan suatu bangsa dengan cara mendapatkan sumber daya energi yang stabil dan berkecukupan dengan harga terjangkau. Permintaan energi global dalam beberapa dekade terakhir sebagian besar dipenuhi dengan bantuan kemajuan teknologi di sektor energi. Di sisi lain, energi masih mengalami kelangkaan, kondisi yang ironis ditengah kemajuan peradaban dunia. Meningkatnya konsumsi energi yang diprediksi akan terus melejit seiring pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia juga akan mempersulit posisi ketahanan energi. Di dalam negeri, konsumsi energi primer telah meningkat lebih dari 50 persen sejak tahun 2000 hingga 2010. sementara, produksi minyak yang masih mendukung sebagian besar kebutuhan energi kita, telah turun dari puncak produksi sejumlah 1,6 juta barel per hari menjadi hanya 861.000 barel per hari di tahun 2012. Pada saat bersamaan, cadangan minyak terbukti menurun lebih dari 1,9 miliar barel sejak 1992, yang merupakan penurunan paling tajam di Asia. Kondisi perminyakan Indonesia kini tidak dapat diharapkan lagi. Hal ini berkaitan dengan kondisi cadangan minyak Indonesia yang hanya 0,4% dari cadangan dunia. Cadangan tersebut diperkirakan hanya bisa memenuhi kebutuhan minyak sampai tahun 2020. Ketahanan minyak sendiri dalam kondisi yang memprihatinkan. Saat ini Indonesia sangat bergantung pada impor minyak, baik dalam bentuk minyak mentah maupun BBM. Ketergantungan ini diperburuk dengan kemampuan penyulingan yang rendah dan menurunnya produksi minyak bumi yang membuat Indonesia menjadi net importir minyak. Untuk itu sangat penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak. Selain itu, untuk mendukung ketahanan energi dapat ditempuh pula cara pengembangan diversifikasi energi dan pengurangan subsidi bahan bakar. Khusus diversifikasi energi, banyak sekali energi alternatif yang dapat dikembangkan. Salah satu sumber daya yang masih tersedia dalam jumlah yang banyak dan berkelanjutan adalah energi dari biomassa. Terhambatnya Pengembangan Energi Alternatif Akibat Subsidi Bahan Bakar Fosil Tren dalam menggunakan bahan bakar hidrokarbon diprediksi akan tetap mendominasi konsumsi energi Indonesia di masa depan. Sementara dengan level konsumsi Indonesia saat ini, sumber-sumber daya ini bisa segera habis. Sebetulnya terdapat banyak sumber-sumber energi terbarukan lainnya di Indonesia yang dapat dikembangkan seperti tenaga hidro dan tenaga laut, angin laut, dan tenaga surya. Secara keseluruhan sektor energi terbarukan memiliki potensi pengembangan yang tinggi. Langkah-langkah pengambangan energi terbarukan ini harus didukung oleh pemerintah agar mampu berkembang. Namun, satu isu yang menghantui pemerintah selama bertahun-tahun dan mengakibatkan terlenanya pengembangan sumber energi terbarukan adalah adanya beban subsidi bahan bakar. Subsidi bahan bakar telah meningkat sejak diperkenalkan pada era 1960an. Tak hanya semakin sulit untuk mempertahankan level yang diinginkan masyarakat Indonesia, subsidi ini telah menjadi penghalang terbesar bagi efisiensi di pasar energi. Subsidi energi juga menyebabkan alokasi sumber daya yang kurang tepat karena subsidi membuat bahan bakar dijual dengan harga yang sangat murah dengan mengorbankan area-area penting lainnya seperti pemberantasan kemiskinan, penyediaan layanan kesehatan dan pembangunan infrastruktur. Pengurangan subsidi bahan bakar disinyalir sangat diperlukan saat ini. Pengurangan subsidi akan membuat harga bahan bakar meningkat sehingga mengerem permintaan karena konsumen harus menanggung sebagian dari beban bahan bakar sementara pemerintah menghemat triliunan rupiah. Pemotongan subsidi juga akan menyamaratakan kesempatan bagi sumber-sumber energi lainnya untuk berkompetisi dengan bahan bakar bersubsidi. Hal ini akan mendorong perkembangan energi terbarukan. Untuk pengembangan biofuel, Indonesia memiliki cadangan biomassa yang besar dari industri pertanian dan kehutanan, termasuk gula, karet, minyak sawit dan kayu. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat produksi biofuel, meskipun saat ini terbatasi oleh kenyataan bahwa sumber-sumber biofuel banyak diekspor karena harga komoditas yang tinggi di pasar internasional. Tidak ada satupun sumber energi yang memiliki kemampuan sebagai solusi tunggal dari ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Untuk itu diperlukan upaya untuk mengkombinasikan sumber-sumber energi baru dan terbarukan, termasuk pelet kayu. Pelet kayu adalah hasil pengolahan dari kayu bulat atau limbah kayu menjadi serbuk yang dipadatkan sehingga berbentuk silindris dengan diameter 6-10 mm dan panjang 1-3 cm dengan kepadatan rata-rata 650 kg/m3 atau 1,5 m3/ton. Pelet kayu banyak digunakan di Eropa dan Amerika sebagai sumber energi untuk pemanas ruangan pada musim dingin dan energi penghasil listrik (carbon for electricity), serta sebagai sumber energi di rumah tangga untuk keperluan memasak. Pelet kayu menghasilkan rasio panas yang relatif tinggi antara output dan input-nya (19:1 hingga 20:1) dan energi sekitar 4,7kWh/kg. Penggunaan pelet kayu sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil menghasilkan emisi lebih rendah dibandingkan dengan minyak tanah dan gas. Emisi CO2 dari pelet kayu sekitar sepuluh kali lebih rendah dibandingkan dengan batu bara dan bahan bakar minyak, serta delapan kali lebih rendah daripada gas. Selain emisi CO2 yang dikeluarkan dari hasil pembakarannya rendah, juga berasal dari bahan baku terbarukan yang bersifat carbon neutral. Pelet kayu dapat disebut sebagai carbon neutral karena dianggap tidak menambah emisi CO2 ke atmosfer. Semasa pertumbuhan, pohon ini telah menyerap CO2 dengan jumlah yang diserap dapat lebih besar daripada yang dilepaskan, bahkan bisa menjadi karbon negatif. International Energy Association Bioenergy Task 40 melaporkan pada tahun 2007 negara-negara di Eropa memproduksi 4,5 juta ton pelet kayu dengan tingkat konsumsi sebesar 5,5 juta ton, terbanyak untuk kelistrikan dan sumber panas. Penggunaan pelet kayu juga telah meluas hingga ke Asia. Setiap tahunnya kebutuhan bahan baku kayu pelet di Korea Selatan mencapai 60 ribu ton dan akan terus meningkat ditengah kebijakan pemerintahnya untuk mensubstitusi bahan bakar batu bara dengan pelet kayu. Kebijakan Pemerintah Korea Selatan untuk mencari sumber biomassa di luar negeri direspon oleh pebisnisnya dengan menggelontorkan investasi untuk industri pelet kayu di Indonesia. Kebutuhan pelet kayu Korea Selatan sebagian besar dipasok oleh industri pelet kayu Indonesia yang saat ini memiliki kapasitas produksi sebesar 40 ribu ton per tahun. Sementara di dalam negeri, pasar pelet kayu domestik belum terlalu besar. Hal ini disebabkan karena kesadaran yang belum tinggi terhadap bahan bakar rendah emisi, ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar minyak dan gas, dan belum adanya pengembangan teknologi yang memudahkan penggunaannya di tingkat rumah tangga. Keunggulan Komparatif Indonesia sebagai Penghasil Kayu dari Jenis Pohon Cepat Tumbuh Mulai meningkatnya konsumsi energi pelet kayu di luar negeri ternyata belum dilirik sebagai kebijakan energi alternatif di Indonesia. Padahal Indonesia adalah negara tropis yang terletak di garis khatulistiwa, dimana sinar matahari sebagai syarat utama pertumbuhan pohon bersinar sepanjang tahun. Keunggulan komparatif ini belum disadari sepenuhnya oleh pengambil kebijakan di Indonesia. Tanaman yang selama ini dikembangkan di Hutan Tanaman Industri (HTI) seperti jenis Akasia (Acacia mangium) dan Ekaliptus (Eucalyptus spp.) dapat mencapai diamater 30 cm hanya dalam waktu lima tahun. Sementara jenis yang sama jika ditanam di iklim sub-tropis membutuhkan waktu 40-60 tahun. Keunggulan komparatif inilah yang seharusnya dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan dalam pengembangan energi terbarukan. Keunggulan lainnya dalam pengembangan pelet kayu adalah telah dilakukannya upaya pengembangan HTI secara besar-besaran dengan jenis tanaman cepat tumbuh. Hal ini akan menjawab persoalan terkait ketersediaan bahan baku biofuel yang selama ini menjadi salah satu masalah terbesar dalam pengembangannya. Biofuel memang bisa dihasilkan dari jenis tanaman singkong, tebu, nyamplung dan tanaman lainnya, namun ketersediaannya tidak stabil dan tidak dalam skala besar karena berbenturan dengan komoditas pangan. Jikapun ingin dibuat dalam skala besar, kendalanya selalu terdapat dalam pengadaan lahan yang sangat sulit didapat secara luas dan terintegrasi. Oleh karena itu, luas HTI yang telah mencapai 9,9 juta hektar pada tahun 2011 menjadi peluang yang sangat baik dan memungkinkan untuk penyediaan sumber energi pelet kayu.

5 komentar:

  1. Peluang usaha Pembayaran Online atau di sebut PPOB adalah usaha yang sangat diminati masyarakat Indonesia, dikarenakan menurut Data BI, pada 2007, transaksi pembayaran / mikro-payment di Indonesia mencapai Rp 270 triliun dan diperkirakan meningkat 5-10% per tahun (sekitar Rp 340 triliun di th 2010).
    Bisnis pembayaran memiliki umur (life-cycle) yang masih panjang dan akan terus meningkat dari waktu ke waktu
    PEMBAYARN PLN,PDAM,PULSA,TIKET KERETA, PESAWAT,HOTEL,CICILAN SEPEDA,BPJS DAN MASIH BANYAK LAGI 220 LEBIH PEMBAYRAN
    PLN
    BAYAR TAGIHAN TELPON'
    ppob fastpay
    Bayar PDAM
    Bayar BPJS
    Bayar CICILAN SEPEDA MOTOR
    Bayar TIKET PESAWAT
    Bayar kereta API
    pembelian PULSA
    Bayar HOTEL
    Vocer Game Online
    BAYAR PGN
    Dan masih BANYAK LAGI
    Ayo hub kami di 081335640101

    BalasHapus
  2. Kami dari PT. PMJN Engineering Surabaya, memproduksi mesin wood chipper baik yang fix maupun yg mobile dengan berbagai kapasitas sesuai permintaan, mesin wood chipper kami memiliki kualitas tidak kalah dengan buatan Amerika, dibuat sesuai dgn standarisasi luar negeri. 031-8782943 / 8711047

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya berminat dengan mesin wood chipper, kalau bisa sekalian dengan mesin wood pellet full set kapasitas output wood pellet 20 MT/Jam. Bisa saya dapatkan penawaran nya? Bantu email ke : riky.yuhannes80@gmail.com

      Hapus
    2. Saya berminat dengan mesin wood chipper, kalau bisa sekalian dengan mesin wood pellet full set kapasitas output wood pellet 20 MT/Jam. Bisa saya dapatkan penawaran nya? Bantu email ke : riky.yuhannes80@gmail.com

      Hapus
  3. sama dengan di atas tolong email evi.ayunita@gmail.com

    BalasHapus

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates